BI Rate Dipangkas, Saham BTN (BBTN) Melesat Ungguli Saham Bank Besar Lainnya
2024-09-19 08:13:39
JAKARTA, investortrust.id – Penguatan saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) makin moncer setelah Bank Indonesia (BI) menetapkan pemangkasan suku bunga sebanyak 25 bps menjadi 6% pada rapat dewan gubernur Rabu (18/9/2024).
Berdasarkan data perdagangan saham Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BBTN ditutup menguat sebanyak Rp 40 (2,77%) menjadi Rp 1.485 dengan net buy pemodal asing Rp 5,54 miliar. Penguatan saham BBTN mengalahkan saham bank BUMN, seperti saham BBNI menguat 0,88%, BRIS naik 1,29%, BBRI naik 0,94%, sedangkan saham BMRI justru terkoreksi 0,34%.
Kenaikan tersebut menjadikan total penguatan saham BBTN sepanjang September 2024 telah mencapai 5,31% dari level akhir Agustus Rp 1.410 menjadi Rp 1.485 dengan total net buy senilai Rp 50,18 miliar.
Head of Research & Strategy JP Morgan Indonesia Henry Wibowo sebelumnya menyebutkan bahwa terbuka pelaung pemangkasan BI Rate sebanyak 50 bps sepanjang September-Desember tahun 2024. Pemangkasan ini bakal berimbas positif terhadap saham sejumlah sektor yang sensitif terhadap suku bunga, seperti saham bank, khususnya bank yang fokus kredit properti dan otomotif.
“Saham-saham bank juga diyakini akan memperoleh manfaat besar dari peningkatan likuiditas dan arus modal setelah pemangkasan suku bunga. Di antaranya menaikkan minat investor berinvestasi pada saham perbankan, karena 60% dari komposisi IHSG BEI diisi saham sektor tersebut,” ujarnya.
Didukung Sejumlah Isu
Sementara itu, analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano dan Naura Reyhan Muchlis menyebutkan, ada beberapa isu yang bisa menopang performa keuangan dan saham BBTN ke depan. Di antaranya, spin off unit bisnis syariah (UUS) disertai dengan akuisisi bank syariah.
Selain itu, dia mengatakan, perseroan tengah bernegosiasi dengan sejumlah calon mitra strategis untuk penguatan bank syariah bentukan perseroan ke depan. Sejumlah diskusi telah dilakukan, termasuk dengan PP Muhammadiyah, yang berpotensi menjadi salah satu pemegang saham di bank syariah yang akan diakuisisi.
Sentimen positif lainnya, terang Victor Stefano dan Naura Reyhan, datang dari rencana penjualan aset-aset bermasalah yang kemungkinan direalisasikan pada Oktober atau awal November 2024. Penjualan asset bermasalah tersebut akan bisa menyumbang sebanyak 50 bps terhadap penurunan rasio kredit bermasalah (NPL) BTN tahun ini.