Berita   |   BURSA WALL STREET DITUTUP BERAGAM
BURSA WALL STREET DITUTUP BERAGAM
Kamis, 02 March 2023. 06:34 WIB

IQPlus, (2/3) - Bursa saham di Wall Street beragam pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), tertekan oleh momentum kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dengan S&P 500 dan Nasdaq jatuh untuk sesi kedua berturut-turut setelah data manufaktur mengindikasikan inflasi kemungkinan akan tetap tinggi. Indeks Dow Jones Industrial Average terkerek 5,14 poin atau 0,02 persen, menjadi menetap di 32.661,84 poin. Indeks S&P 500 merosot 18,76 poin atau 0,47 persen, menjadi berakhir di 3.951,39 poin. Indeks Komposit Nasdaq tergelincir 76,06 poin atau 0,66 persen, menjadi ditutup di 11.379,48 poin. Delapan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor utilitas dan real estat masing-masing melemah 1,72 persen dan 1,49 persen, memimpin penurunan. Sementara itu, sektor energi naik 1,94 persen, menjadikannya kelompok dengan kinerja terbaik. Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS membebani ekuitas, khususnya saham-saham pertumbuhan. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun yang jadi acuan naik sekitar 8 basis poin untuk diperdagangkan pada 3,996 persen di akhir perdagangan Rabu (1/3), setelah sempat melampaui 4 persen di awal sesi untuk pertama kalinya sejak November. Imbal hasil pada obligasi pemerintah 2 tahun juga naik. Di sisi ekonomi, PMI (Indeks Manajer Pembelian) manufaktur AS Februari naik tipis menjadi 47,7 persen dari pembacaan Januari sebesar 47,4 persen, Institute for Supply Management melaporkan pada Rabu (1/3). Para ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal memperkirakan indeks mencapai total 47,6 persen. Angka di bawah 50 persen mengindikasikan kontraksi di sektor tersebut. "Anda bisa melihat pasar sedikit memburuk, imbal hasil mulai naik setelah laporan manufaktur ISM Februari. Harga komponen yang dibayar, benar-benar melonjak, mematahkan penurunan harga beruntun selama empat bulan," kata Anthony Saglimbene, kepala strategi pasar di Ameriprise Financial di Troy, Michigan, merujuk pada Indeks Pembayaran Harga Manufaktur ISM yang dipandang sebagai indikator inflasi. "Itu hanyalah bukti lain yang telah kami lihat selama beberapa minggu terakhir bahwa inflasi tetap lebih kuat daripada yang dipikirkan kebanyakan orang pada Januari," katanya seperti dikutip Reuters, menambahkan kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga lebih tinggi.

Sumber : IQP

Bagikan :

Anda Mungkin Menyukai Ini :
PENURUNAN PENDAPATAN AMMAN DI SEMSTER I 2023 DIP ...

Jum'at, 29 September 2023. 16:51 WIB

IQPlus, (29/9) - PT Amman Mineral Internasional Tbk (IDX:AMMN) mencatat pendapatan bersih pada H1/2023 dipengaruhi oleh penundaan ekspor konsentrat. Alhasil, turun 78% diperiode tersebut menjadi US$12 ...

Selengkapnya

BANK NEGARA INDONESIA (BBNI) RESMI STOCK SPLIT D ...

Jum'at, 29 September 2023. 16:49 WIB

IQPlus, (29/9) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) resmi melakukan pemecahan saham atau stock split dengan rasio 1 : 2 yang telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang saham luar biasa pada ...

Selengkapnya

LPS PERTAHANKAN TINGKAT SUKU BUNGA PENJAMINAN.

Jum'at, 29 September 2023. 16:31 WIB

IQPlus, (29/9) - Dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada Senin 25 September 2023, LPS telah melakukan evaluasi dan menetapkan Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) bagi simpan ...

Selengkapnya