Indosat (ISAT) Pertimbangkan Satelit untuk Gantikan Peran Menara BTS
2024-05-22 08:14:58
JAKARTA, investortrust.id - PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredo Hutchison (IOH) menjajaki peluang kerja sama dengan operator satelit orbit rendah atau low earth orbit (LEO) untuk memperluas layanannya hingga pelosok Indonesia.
Director & Chief Technology Officer (CTO) IOH Desmond Cheung menyebut pengembangan infrastruktur jaringan di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) bukanlah hal mudah. Dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk membangun menara stasiun pemancar atau base transceiver station (BTS) di wilayah tersebut, khususnya dari sisi biaya logistik.
Teknologi satelit orbit rendah menjadi opsi yang patut dipertimbangkan untuk mengatasi tantangan tersebut. Berada di ketinggian 500-1.200 km di atas permukaan bumi, satelit tersebut sangat mungkin menjadi pengganti menara BTS dengan beberapa penyesuaian.
“Untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan kami akan terus berinovasi, menjajaki peluang kerja sama, termasuk kerja sama untuk memanfaatkan teknologi satelit,” katanya dalam Paparan Publik Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2024 IOH di Kantor Pusat IOH, Jakarta Pusat, Selasa (21/5/2024).
Apa yang disampaikan oleh Desmond merupakan respons atas kerja sama operator seluler AT&T dan perusahaan satelit AST SpaceMobile mengumumkan kerjasamanya belum lama ini. Perusahaan yang berasal dari Amerika Serikat (AS) itu berencana membangun jaringan seluler baru berbasis satelit sampai dengan 2030 mendatang.
Pembangunan jaringan tersebut memungkinkan konektivitas di wilayah-wilayah yang selama ini tidak terlayani oleh layanan seluler karena minimnya BTS. Istimewanya, jaringan yang dikembangkan oleh AT&T dan AST SpaceMobile ini dapat digunakan oleh ponsel pada umumnya atau tidak membutuhkan ponsel khusus.
Selain itu, pada awal 2024 SpaceX Corp meluncurkan enam satelit untuk layanan Direct-to-cell. Layanan tersebut memungkinkan pengguna ponsel mengakses jaringan seluler langsung dari satelit Starlink, alih-alih BTS.
Jaringan yang terhubung dengan satelit tersebut adalah jaringan 4G yang banyak digunakan oleh ponsel di dunia. Dengan demikian, pengguna tak perlu menghubungkan perangkat dengan menambahkan aksesori tambahan, perangkat lunak baru, aplikasi khusus, apalagi mengganti ponselnya.
Direct-to-cell diharapkan dapat memperluas konektivitas global. Termasuk juga akan menghapus 'zona mati' atau blank spot yang masih banyak ditemukan di wilayah 3T.
Pada kesempatan yang sama, President Director & Chief Executive Officer (CEO) IOH Vikram Sinha mengatakan kehadiran Starlink sebagai pemain baru di industri telekomunikasi Indonesia bisa membantu percepatan perluasan jaringan seluler di Tanah Air. Pihaknya terbuka dengan kemungkinan kolaborasi bersama perusahaan milik Elon Musk itu.
“IOH melihat adanya pemain baru yang hadir dengan teknologi satelit akan membantu percepatan (perluasan jaringan) sampai ke daerah-daerah pelosok dan IOH akan membuka pintu kolaborasi,” katanya.
Selain Starlink, Vikram menyebut pihaknya sudah menjajaki kerja sama dengan OneWeb dan Kuiper yang mengoperasikan satelit orbit rendah. OneWeb memiliki 634 satelit yang selalu mengorbit bumi, sementara Kuiper yang merupakan perusahaan milik Amazon diketahui mengoperasikan 3236 satelit.
"Tentunya dengan partnership yang telah dan akan dihasilkan dengan mempertimbangkan harga dan mempertimbangkan beberapa hal tapi yang paling penting adalah dapat memperdayakan masyarakat Indonesia," tegasnya.