Utilisasi Rendah, Kementerian BUMN Dukung Penutupan 5 Pabrik Kimia Farma (KAEF)
2024-07-19 08:19:07
JAKARTA, investortrust.id - Kementerian BUMN menilai rencana PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) menutup lima pabriknya sudah tepat, walaupun konsekuensinya adalah pemutusan hubungan kerja karyawan (PHK).
Menurut Staf Khusus III Menteri BUMN Arya Sinulingga, operasional Kimia Farma dengan 10 pabrik jauh dari kata efisien. Sebab, lima pabrik yang dimiliki oleh perusahaan tersebut utilisasinya terbilang rendah, tak lebih dari 40%.
"Sejak awal dia juga memang nggak pernah ini, selalu under kapasitas, jadi memang seharusnya nggak perlu bangun pabrik sebanyak itu, dibangun sebanyak itu," katanya ketika ditemui di Gedung Kementerian BUMN pada Kamis (18/7/2024).
Arya menyebut manajemen Kimia Farma tinggal menyiapkan skenario terbaik yang menguntungkan perusahaan dan karyawan terdampak penutupan pabrik. Tentu saja, bukan hal yang mudah menentukan mana skenario yang terbaik untuk rencana tersebut.
"Lagi disusun sama temen-temen di manajemennya Kimia Farma, kan ada konsekuensi dari penutupan pabrik kan, pasti ada konsekuensi kan, pasti ada hal-hal yang berhubungan sama karyawan juga," tuturnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Bio Farma Group Shadiq Akasya mengatakan penutupan pabrik atau rasionalisasi fasilitas produksi akan dilakukan dalam rangka efisiensi yang menjadi bagian dari langkah re-orientasi bisnis. Lima pabrik yang akan ditutup beban operasionalnya dinilai terlalu tinggi karena utilisasinya terbilang rendah.
“Kimia Farma sekarang itu ada 10 plant yang ada dan kita akan coba merencanakan untuk seamlining sampai dengan mungkin 3-5 tahun ke depan itu kita harapkan dengan lima pabrik saja sudah cukup jadi beberapa hal supaya optimalisasi dari pabrik ini lebih meningkat," ujarnya dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI di Komplek Parlemen, Jakarta Pusat, Rabu (19/6/2024) yang dipantau secara daring.
Kemudian, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Kimia Farma Lina Sari di Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2024) menyampaikan terdapat empat isu utama yang masih menjadi tantangan, yaitu pertama, belum optimalnya komersialisasi dan kedua, rasionalisasi pabrik.
Kemudian, ketiga yaitu portofolio produk yang belum optimal, dan keempat, dugaan pelanggaran integritas penyediaan data keuangan di anak usaha yaitu Kimia Farma Apotek (KFA).
"Kami telah berhasil mengidentifikasi faktor-faktor tersebut, kemudian kami mengambil langkah-langkah strategis untuk membenahinya. Harapannya, perseroan dapat membukukan kinerja yang lebih baik pada tahun 2024 dan ke depan," ujar Lina mengutip Antara.
Lina menjelaskan rencana transformasi perseroan untuk memperkuat operasional dan peningkatan profitabilitas yang dilakukan bersama-sama dengan Project Management Office (PMO) Restrukturisasi Keuangan dan Reorientasi Bisnis yang dibentuk Kementerian BUMN (KBUMN).
Adapun, penguatan tersebut nantinya menjadi landasan strategi portofolio bisnis di berbagai segmen, di antaranya, pertama, pada segmen manufaktur, rasionalisasi fasilitas produksi untuk peningkatan utilitas pabrik dan efisiensi, dan penataan portofolio produk dan penguatan marketing & sales.