JAKARTA, investortrust.id – PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) akhirnya terjungkal dari posisinya sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (15/7/2024). Posisi top market cap saham kembali direbut PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Koreksi harga saham BREN memicu penurunan nilai kekayaan Prajogo Pangestu hingga mencaapi US$ 1,6 miliar sepanjang hari ini berdasarkan data Forbes real time. Penurunan tersebut menjadikan total kekayaan Prajogo terkoreksi menjadi US$ 63,2 miliar.
Koreksi saham BREN dipengaruhi atas berlanjutnya penurunan saham emiten yang dikendalikan Prajogo Pangestu dalam beberapa pekan hari terakhir. Data BEI mengungkap, saham BREN telah melorot dari level penutupan akhir Juni Rp 10.075 menjadi Rp 9.050 pada penutupan hari ini atau melemah 10,17% month to date (mtd).
Sedangkan penurunan dari level tertingginya setelah ke luar dari papan pemantauan khusus (PPK) BEI telah mencapai dari level Rp 10.425 pada 1 Juli menjadi Rp 9.050 atau anjlok 13,18%. Hari ini, saham BREN anjlok Rp 400 (4,23%) menjadi Rp 9.050.
Dengan penurunan harga tersebut, kapitalisasi saham BREN kini turun menjadi Rp 1.210 triliun pada penutupan perdagangan hari ini atau menjadi emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua. Sedangkan BBCA naik peringkat menjadi emiten dengan market share teratas menjadi Rp 1.238 triliun.
BREN tercatat sebagai satu dari beberapa saham dengan penguatan harga tertinggi sejak listing di BEI pada 9 Oktober 2024. Saham BREN yang ditawarkan dengan harga Rp 780 per saham sempat melambung ke level penutupan tertinggi sepanjang masa Rp 11.246 per saham.
Lompatan tersebut membuat BEI sempat menghentikan sementara perdagangan saham BREN lebih dari satu hari. Bahkan, saham BREN sempat masuk papan pemantauan khusus (PPK) dengan mekanisme perdagangan full call auction (FCA). Akibat FCA tersebut, saham BREN sempat terjungkal ke level Rp 6.050 pada 7 Juni 2024.
Grafik Saham BREN dalam Lima Hari