JAKARTA, investortrust.id - Penggabungan
usaha atau merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom
(FREN) akhirnya menemui titik terang. Hal ini setelah pemegang saham
pengendali kedua operator seluler, yakni Axiata Group Bhd dan Grup Sinar
Mas menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU).
Pada
Rabu (15/5/2024), Axiata Group Berhad (Axiata) dan PT Wahana Inti
Nusantara (WIN), PT Global Nusa Data (GND), dan PT Bali Media
Telekomunikasi (BMT), yang secara kolektif disebut sebagai Sinar Mas
mengumumkan telah memasuki babak baru dengan penandatanganan Nota
Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MOU) tidak mengikat untuk
menjajaki rencana merger antara XL Axiata dan Smartfren dalam rangka
menciptakan entitas baru (MergeCo).
"Rencana
Transaksi ini masih dalam tahap evaluasi awal, di mana Axiata dan Sinar
Mas memiliki tujuan untuk tetap menjadi pemegang saham pengendali dari
MergeCo," papar keterangan resmi XL Axiata, Rabu (15/5/2024).
Merger
XL Axiata dan Smartfren disebut-sebut akan melahirkan operator seluler
terbesar kedua di Indonesia setelah PT Telekomunikasi Selular
(Telkomsel) yang notabene adalah anak usaha BUMN PT Telkom
Indonesia Tbk (Persero) atau TKLM. Asumsi tersebut mengacu pada jumlah
stasiun pemancar atau Base Transceiver Station (BTS) yang akan bertambah
setelah keduanya resmi bergabung.
Sampai
dengan akhir tahun lalu, jumlah BTS yang dioperasikan Telkomsel
mencapai 233.000 unit, jauh di atas PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat
Ooredoo Hutchison/IOH yang bertengger di posisi kedua.
Lantas,
apakah memang merger XL Axiata dan Smartfren akan menghasilkan operator
seluler dengan jumlah BTS terbanyak kedua di Tanah Air setelah
Telkomsel menggantikan IOH?
Berdasarkan catatan Investortrust.id,
jumlah BTS XL Axiata sampai dengan kuartal I-2024 mencapai 163.106 unit
atau bertambah 9,6% YoY dari 160.124 unit pada kuartal IV-2024. XL
Axiata menargetkan penambahan BTS sebanyak 10.000 unit sepanjang tahun
ini atau total 170.124 unit pada akhir kuartal IV-2024 mendatang.
BTS
yang akan ditambah sepanjang tahun ini oleh XL Axiata seluruhnya adalah
BTS 4G. Saat ini, emiten operator telekomunikasi itu diketahui juga
masih mengoperasikan BTS 2G yang jumlahnya mencapai 53.074 unit untuk
melayani wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
"Target
kita sekitar 10.000 [BTS]. Kalau sekarang [sampai dengan akhir kuartal
I-2024] sudah 3.000 [BTS] penambahannya, mungkin sekitar 7.000 BTS
sampai akhir tahun," kata Direktur & Chief Technology Officer (CTO)
XL Axiata I Gede Darmayusa XL Axiata Tower, Jakarta Selatan belum lama
ini.
Sementara
itu, penambahan jumlah BTS Smartfren hanya tercatat sampai dengan Juni
2023 sebanyak 46.000 unit yang seluruhnya adalah BTS 4G. Angka tersebut
bertambah dari jumlah BTS yang tercatat sampai akhir 2022 sebanyak
43.000 unit.
Sepanjang
paruh pertama tahun lalu, Smartfren diketahui sudah menambah 2.500 unit
BTS. Perinciannya, sebanyak 2.000 unit BTS yang tersebar di wilayah
Jawa dan Jabodetabek, dan sisanya di wilayah Sumatra, Kalimantan, dan
Sulawesi.
Dengan
demikian, apabila merger XL Axiata dan Smartfren terwujud, jumlah BTS
secara keseluruhan yang akan mereka operasikan mencapai 206.124. Adapun,
untuk BTS 4G yang dioperasikan oleh kedua operator seluler itu apabila
bergabung jumlahnya mencapai 153.050 unit.
Jumlah
BTS XL Axiata dan Smartfren setelah bergabung ternyata masih belum bisa
menyalip BTS yang dioperasikan oleh IOH. Jumlah BTS yang dioperasikan
oleh IOH bertambah dari 179.070 unit pada kuartal IV-2024 menjadi
184.000 pada kuartal I-2024.
Director & Chief Business Officer
IOH Muhammad Danny Buldansyah mengatakan, jumlah BTS 4G yang
dioperasikan IOH bertambah dari sebanyak 32.000 pada kuartal I-2024.
Selain itu, ada juga penambahan BTS 2G di wilayah tertinggal, terdepan,
dan terluar (3T).
"BTS 4G kita bertambah, bahkan 2G masih bertambah sejalan dengan perkembangan coverage
kita di seluruh Indonesia, termasuk di Indonesia Timur,” katanya dalam
Media Update Q1 Result 2024 yang digelar secara daring beberapa waktu
lalu.
Adapun
untuk BTS 5G, Danny penambahannya dilakukan dengan melihat kebutuhan
pemakaian jaringan tersebut di sejumlah daerah. Selain itu, pihaknya
juga masih menunggu lelang spektrum frekuensi 700 MHz (megahertz) dan 26
GHz (gigahertz) yang akan digelar pemerintah dalam waktu dekat.
Grafik Saham EXCL dan FREN