JAKARTA, investortrust.id - Bank Indonesia (BI) menjamin likuiditas tetap moncer di tengah aktifnya otoritas moneter melakukan intervensi pasar untuk menstabilkan rupiah. Di antaranya dengan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI).
Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Nugroho Joko Prastowo mengungkap, saat ini, likuiditas perbankan tinggi yang ditunjukkan indikator Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK). Ia menambahkan, indikator AL/DPK dapat berbentuk SBN dan instrumen operasi moneter BI.
"Jika bank membutuhkan likuiditas untuk penyaluran kredit, bank tinggal merepokan atau tidak memperpanjang penempatannya," kata Joko kepada Invesortrust, Senin (13/5/2024).
Kemudian, dia menjelaskan, tujuan penerbitan instrumen intervensi pasar, seperti SRBI dan SVBI adalah untuk menarik inflow atau likuiditas asing. Lebih lanjut, hal tersebut diungkap Joko sebagai upaya memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah yang saat ini tengah menghadapi tekanan atas menguatnya indeks dolar Amerika Serikat (AS).
"Termasuk menaikkan BI Rate kemarin untuk menjaga daya saing penempatan di dalam negeri atau interest rate differential," ucap Joko.
Selain itu ia juga mengungkap dalam upaya meningkatkan likuiditas perbankan, BI memperluas pemberian kredit insentif likuiditas makrporudensial (KLM).
Sampai saat ini pencapaian insentif likuiditas mencapai 3,4% dengan tambahan likuiditas sebesar Rp 81 triliun, dari Rp 165 triliun menjadi Rp 246 triliun, pada saat penerapan awal di Oktober 2023 hingga Maret 2024.
"Pencapaian insentif likuiditas KLM hingga akhir 2024 diprakirakan mencapai 3,6% dengan tambahan likuiditas Rp 115 triliun dari Rp 165 triliun menjadi Rp 280 triliun," tutur Joko.