Hingga Mei, Penghimpunan Dana dari Pasar Modal Capai Rp 86,92 Triliun
2024-06-12 08:05:04
JAKARTA, investortrust.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan penghimpunan dana melalui pasar modal masih dalam tren positif hingga Mei 2024. Hal ini ditunjukkan total pendanaan melalui pasar modal sudah mencapai Rp 86,92 triliun hingga akhir Mei 2024.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan bahwa, nilai penawaran umum untuk seluruh efek sudah mencapai angka Rp 86,92 triliun sampai Mei. Angka tersebut diperkirakan terus bertumbuha sampai akhir tahun.
Berdasarkan data, sudah ada 141 pipeline penawaran umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp 56,92 triliun. “Sedangkan 81 perusahaan tengah mengantre untuk melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) dengan target dana sebesar Rp 11,85 triliun,” ujar Inarno dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan & Kebijakan OJK Hasil RDK Bulanan Mei 2024 secara daring, Senin (10/6/2024).
Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF), yaitu alternatif pendanaan bagi UKM, sejak pemberlakuan ketentuan SCF hingga Mei 2024 telah terdapat 17 penyelenggara yang sudah mendapatkan izin dari OJK dengan 546 Penerbit, 174.873 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp1,13 triliun.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, sektor jasa keuangan stabil. Hal tersebut didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai ditengah ketidakpastian global akibat masih tingginya tensi geopolitik, potensi meluasnya perang dagang, serta kinerja perekonomian global yang masih dibawah ekspektasi.
"Tensi perang dagang kembali meningkat akibat kenaikan tarif Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin terhadap produk-produk dari Tiongkok, baik produk green technology, IT, maupun besi baja," ujar Mahendra.
Di Amerika Serikat (AS), lanjut Mahendra, tekanan inflasi kembali mereda ditengah moderasi pasar tenaga kerja dan kinerja sektor riil, sehingga mendorong meredanya tekanan di pasar keuangan global.
Sementara itu, otoritas moneter di Eropa diprakirakan akan lebih akomodatif untuk mendorong perekonomian yang lemah, ditengah tingkat inflasi yang terus mereda.