JAKARTA, investortrust.id -
Kurs rupiah bergerak menguat mendekati level psikologis Rp 16 ribu/USD,
Senin (6/5/2024), usai rilis data produk domestik bruto (PDB) RI
kuartal I tumbuh 5,11%
year on year. Nilai tukar rupiah menguat
terhadap dolar Amerika Serikat 69 poin, ke level Rp 16.025/USD,
berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank
Indonesia (BI).
Dalam pantauan perdagangan spot antarbank seperti dilansir Yahoo Finance,
mata uang rupiah juga terlihat menguat terhadap dolar Amerika Serikat
(AS). Hingga pukul 16.00 WIB, rupiah bertengger ke level Rp 16.020/USD
setelah, pada penutupan perdagangan sebelumnya berada di posisi Rp
16.079/USD.
Analisis Chief Economist PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengatakan, penguatan mata uang Garuda terhadap greenback didorong
oleh sentimen eksternal, yakni melemahnya indeks dolar AS dalam
perdagangan valuta asing (valas). Selain itu, disebabkan pengumuman
pertumbuhan PDB RI kuartal I-2024 yang lebih tinggi dari perkiraan.
"Penguatan rupiah selain karena faktor eksternal, didorong sentimen
positif dari pengumuman PDB kuartal I lalu yang lebih baik dari
prakiraan," kata David kepada Investortrust.id, Senin (6/5/2024).
Data Nonfarm Payrolls Melemah
Sementara itu, analis rupiah sekaligus Direktur PT Laba Forexindo
Berjangka Ibrahim Assuaibi menyoroti terjadinya pelemahan dolar AS
lantaran data nonfarm payrolls April 2024 lebih lemah dari
prakiraan. "Data tersebut memperkuat spekulasi bahwa melemahnya pasar
tenaga kerja akan memberikan dorongan lebih besar bagi Federal Reserve
untuk mulai menurunkan suku bunga di AS," kata Ibrahim dalam
keterangannya, Senin (6/5/2024).
Melemahnya indeks dolar AS menurut Ibrahim diperkuat oleh data yang
dirilis pada Jumat (3/5/2024) waktu setempat, yang menunjukkan
pertumbuhan lapangan pekerjaan di AS melambat. Kemudian, kenaikan upah
tahunan yang turun di bawah 4,0% untuk pertama kali dalam tiga tahun.
"Tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja AS meningkatkan
optimisme bahwa bank sentral AS dapat merancang kebijakan yang lebih
lunak, bagi perekonomian," sebut Ibrahim.
Saat ini, pelaku pasar memprakirakan pemotongan Fed Funds Rate
sebesar 45 basis poin akan terjadi, dengan penurunan suku bunga pada
November 2024 sudah diperhitungkan sepenuhnya.
Kebijakan The Fed yang mempertahankan Fed Funds Rate atau
suku bunga acuannya pada pertemuan awal Mei lalu telah diprediksi pelaku
pasar. Namun, sinyal penahanan FFR dalam waktu dekat turut ditangkap
pelaku pasar.
"Bahkan, jika hal tersebut terjadi, mungkin memakan waktu lebih lama dari perkiraan semula," ucapnya.
Sedangkan untuk perdagangan besok, Ibrahim memprediksi mata
uang rupiah akan bergerak fluktuatif dan ditutup menguat hingga Rp
15.960/USD.
Pertumbuhan Melebihi Kuartal IV-2023 YoY
Menurut Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Wiidyasanti, pertumbuhan
kuartal I-2024 tersebut merupakan yang tertinggi dalam periode kuartal I
sepanjang 2019-2024. Pertumbuhan ini juga lebih tinggi dibandingkan
kuartal IV-2023 sebesar 5,04% yoy.
Data BPS menunjukkan, perekonomian Indonesia berdasarkan besaran
PDB atas dasar harga berlaku kuartal I-2024 mencapai Rp 5.288,3 triliun
dan atas dasar harga konstan 2010 Rp 3.112,9 triliun. Sementara itu,
ekonomi Indonesia kuartal I-2024 terhadap triwulan sebelumnya
terkontraksi sebesar 0,83% (qtq).
"Pertumbuhan ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga, momentum Lebaran. dan Pemilu 2024," kata Amalia.