JAKARTA, investortrust.id – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat total transaksi bursa karbon dari 26 September 2023 sampai akhir Maret 2024 mencapai Rp 35,3 miliar, naik Rp 3,94 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.
Akumulasi ini berasal dari transaksi 53 pengguna jasa yang mendapatkan izin berdagang karbon dengan total volume 571.956 ton ekuivalen CO2. Rinciannya adalah nilai transaksi 27,89% di pasar reguler, 19,76% di pasar negosiasi, dan 52,35% di pasar lelang.
“Tentunya ke depan, potensi bursa karbon masih sangat besar, mengingat terdapat 3.546 pendaftar yang tercatat di sistem registri nasional (SRN) Pengendalian Perubahan Iklim(PPI), serta tingginya potensi unit karbon yang ditawarkan,” jelas Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan, Selasa (2/4/2024).
Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis jumlah pengguna jasa bursa karbon melampaui 100 pengguna pada 2024. Proyeksi ini telah memperhitungkan tercapainya integrasi sistem Apple Gatrik dengan SRN-PPI.
“Kalau pengguna jasa menjadi lebih dari 100, kami optimistis. Target kami adalah penambahan minimal 50 pengguna. Artinya, kalau di akhir tahun kemarin itu 46, pada akhir 2024 paling tidak 96 pengguna. Ya silakan ditambah,” ujar Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, awal tahun ini.
Dengan begitu, menurut Jeffrey, 53 pengguna jasa yang mendapatkan izin berdagang karbon saat ini telah mencapai 50% dari target BEI pada kuartal I-2024.